Minggu, 27 November 2011

Ms. v

Dilihat dari kultur, latar belakang keluarga, agama, dan pendidikan pada umumnya masih
berlaku anggapan tabu, malu dan lain sebagainya untuk membicarakan Miss V secara terbuka.
Akibatnya banyak wanita kurang paham tentang seluk beluk Miss V yang akhirnya menjadi kaum
hawa kurang peduli dengan perawatan kewanitaannya. Dan lebih parah lagi mereka merasa
normal-normal saja walaupun sebetulnya tersembunyi bahaya yang tidak mereka sadari.
Ironisnya lagi kaum pria cenderung lebih tidak peduli karena merasa pasangannya jauh lebih
mengerti tentang Miss V dan seluk beluknya.


Keluhan yang Umum Terjadi adalah Keputihan

Hasil survey mengatakan bahwa setiap wanita di seluruh dunia bisa dipastikan pernah
mengalami keputihan. Dan malangnya mereka banyak yang tidak tahu kenapa dan bagaimana
mencari jalan keluarnya. Dan survey tersebut memberi informasi bahwa 80 % alasan wanita
mengunjungi dokter adalah berkonsultasi dan ingin menyelesaikan masalah keputihan ini.
Namun sayangnya sebagian besar tidak ke dokter dengan alasan malu, biaya, dan alasan
lainnya.

Secara umum keputihan dibagi menjadi dua :
1. Keputihan fisiologis - respon tubuh secara normal.
Dalam keadaan normal, vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak
berwarna, jumlahnya tak berlebihan dan tidak disertai gatal. Cairan ini berfungsi sebagai
alat perlindungan alami, mengurangi gesekan dinding vagina saat berjalan dan saat
melakukan hubungan seksual

2. Keputihan Patologis - bukan respon tubuh secara normal.
Keputihan yang menyebabkan peradangan pada Miss V atau VAGINITIS. Jenis ini harus
diwaspadai mengingat dapat menjadi salah satu indikasi gejala adanya kanker leher rahim.


Tiga Jenis Vaginitis :
1. Trichomoniasis, disebabkan oleh parasit Trichomonas Vaginalis yang menimbulkan cairan
berbau anyir, banyak, warna kuning kehijauan dan kadang berbusa, gatal, dan nyeri bila
liang Miss V ditekan. Ditularkan karena hubungan sexual, lewat perlengkapan mandi atau
bibir closet terkontaminasi. Masuk kategori PMS. Untuk yang sudah ekstrim konsul ke
dokter. Pasangan anda juga perlu diobati.
2. Vaginosis Bakteri disebabkab oleh bakteri Gardnerella Vaginalis, cairan biasanya encer,
berwarna putih keabu-abuan, berair, berbuih, dan berbau amis (fishy odor). Bau akan lebih
menusuk setelah melakukan hubungan seksual dan menyebabkan darah menstruasi berbau tidak
enak.
3. Candidosis vulvovaginal / Infeksi Jamur. Meledaknya populasi jamur komensal di Miss V
Infeksi Karena Jamur
Infeksi karena jamur ini dalam sebuah ulasan di media nasional diberitakan bahwa, banyak
dialami wanita di Indonesia dan daerah beriklim tropis lainnya. Dan rupanya hal ini paling
banyak membuat gelisah hati kaum wanita karea menjadi hal yang paling banyak tidak ketemu
jalan keluarnya yang dikarenakan faktor ketidaktahuan. Dan karena tidak ingin menyakiti
hati pasangannya, maka suami hanya bertanya-tanya dalam hati “Kok sekarang Ms V istriku
rasanya lain ya ?“. Lebih parah lagi bila kemudian suami mulai berpikir untuk berganti
pasangan.

Lebih Jauh Tentang Jamur
CANDIDA ALBICANS merupakan salah satu jenis jamur yang normal ditemukan dalam organ
kewanitaan. Jamur ini akan berkembang biak hingga jumlahnya melampaui batas apabila
terjadi perubahan kondisi organ intim wanita.


Ciri-ciri gejalanya :
Terdapat cairan kental didalam Mrs V
Berwarna putih kekuningan seperti kepala susu dan berbau tidak sedap
Rasa gatal yang kadang hebat
Nyeri dan panas saat buang air kecil atau berhubungan intim

Candida adalah jamur pelahap Glukosa/gula. Ketidakseimbangan hormon dalam tubuh akan
memicu kenaikan gula darah, maka candida akan berkembang pesat dan kasus infeksi jamur ini
dipastikan akan segera terjadi serta efeknya bisa sangat berbahaya.

Faktor Resiko Infeksi Vulva dan Vagina
Konsumsi Pil KB.
Konsumsi Antibiotik akan membunuh bakteri doderlein lactobacillus yg secara normal hidup
di daerah vagina sbg penghasil asam laktat.
Konsumsi Steroid / Dopping
Kekurangan Zat Besi
Stamina drop dan imunitas turun
Kehamilan. Ledakan terjadi pada saat tri semester ke 3 masa kehamilan.
Menderita Diabetes / Sakit Gula
Alergi Dermatologis
Kesehatan yang buruk
Pemakaian Vaginal Douches
Pemakaian kontrasepsi vagina seperti foams dan sejenisnya
Koitus dengan pasangan terinfeksi atau dengan pasangan multiple
Celana dalam yang kencang, tidak menyerap keringat dan menahan panas
Umur ( premenarke dan post menopause )

10 Tips Perawatan Daerah Kewanitaan
Bersihkan tubuh secara teratur dengan mandi dengan menggunakan sabun yang sesuai dengan
jenis kulit. Bersihkan dengan intens daerah pangkal paha dan lanjutkan dengan mencuci area
genitalia dengan arah depan ke belakang.
Hindari penggunaan Vaginal Douche / cairan pembersih karena bisa mengubah pH vagina.
Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak mengganggu kestabilan pH di sekitar
vagina. Disarankan pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu karena mampu menjaga
seimbangan pH sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora normal dan menekan pertumbuhan
bakteri yang tak bersahabat.
Pakai celana dalam berbahan katun dan ganti celana dalam setiap hari.
Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti
dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada salahnya Anda membawa cadangan celana dalam
di tas kecil untuk berjaga-jaga manakala perlu menggantinya.
Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau
celana bahan non jeans agar sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.
Gunakan panty liner disaat perlu saja. Misalkan saat bepergian ke luar rumah dan lepaskan
sekembalinya Anda dirumah
Jangan memakai sesuatu yang bisa mengiritasi vagina seperti sabun berparfum, parfum,
deodoran, spray, bedak pengharum
Saat menstruasi, ganti pembalut sesering mungkin
Konsumsi vitamin C 500 mg 2 x sehari untuk meningkatkan asiditas sekresi vagina