Senin, 28 Juni 2010

Mengabadikan 17 januari

Waktu itu dengan tak terduga dia datang dg cara yg biasa,sederhana dan apa adanya.
Saat itu aku pun dg cara yg sama dan tanpa suka cita yg berlebihan menyambutkan dengan senyum selayaknya mendapat teman baru.
Kala itu aku hanya percaya bahwa Tuhan akan memberiku waktu lebih lama untuk menata kembali hidup yg tak terkendali.
Nyatanya dia mengirimku engineer yg membawaku sdemikian rupa ke dalam dunianya.
Dan kami pun berbagi. Dan kami pun saling melengkapi. Dan baru kali ini sesalku tiada henti setelah kekalahanku thadap apa yg disebut puber.
Euh..proses hidup..
Tuhan,terima kasih..stiap hari aku slalu mensyukurinya..sama spt aku mensyukuri nikmatnya oksigen dalam aliran darahku..sama spt aku merasakan derap pacu jantungku oleh sentuhan ajaibMU..
Dan aku slalu mensyukurinya..sampai meneteskan air mata ketika aku mendapati diriku mengikuti gerakan shalatnya..
Terima kasih Tuhan, tolong mudahkan jalan kami untuk membentuk konstruksi yg kokoh untuk membingkai hati kami dalam imanMU..

Jumat, 04 Juni 2010

ZHANG DA, SI ANAK BERBAKTI


Sejak ia berusia 10 tahun ( tahun 2001 ) anak ini ditinggal pergi oleh ibunya yang sudah tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Sejak itu Zhang Da, demikian nama anak itu, hidup dengan sang ayah yang tidak bekerja, tidak bisa berjalan dan sakit-sakitan. Ia masih terlalu kecil untuk memikul tanggung jawab yang berat itu, namun ia tetap berjuang.

Ia bersekolah dengan berjalan kaki melewati hutan kecil. Karena tidak sarapan, diperjalanan itu ia makan daun-daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang ia mencoba memakan sejenis jamur atau rumput, sehingga ia tahu mana yang masih bisa diterima lidahnya dan mana yang tidak. Pulang sekolah, ia bekerja membelah batu-batu besar. Upah sebagai tukang batu digunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk ayahnya.

Setiap hari ia menggendong ayahnya kekamar mandi, menyeka dan juga memandikan ayahnya. Ia membeli beras dan membuatkan bubur untuk makan ayahnya. Segala urusan ayahnya lainnya pun ia yang mengerjakannya sendirian. Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara terbaik untuk mengobati sang ayah. Ia pun belajar tentang obat-obatan melalui sebuah buku bekas yang ia beli. Ia mempelajari bagaimana seorang suster memberikan suntikan. Setelah merasa mampu, ia sendiri yang menyuntik ayahnya.

Ketika acara penganugerahan penghargaan tersebut berlangsung, pembawa acara bertanya apa yang diinginkan Zhang Da, “Apakah uang atau lainnya. Disini ada banyak pejabat, pengusaha, juga ada
ratusan juta penonton telivisi, mereka bisa membantu mu!” Namun apa yang dikatakan Zhang Da sungguh mengejutkan siapapun, ia hanya berkata, ” Aku hanya ingin Mama ku kembali!.”


MORAL :

Kisah ini sangat membuka jalan pikiran saya. Seorang anak kecil, yang bisa dikatakan hidupnya serba kekurangan, sangat menyayangi orang tuanya. Banyak orang-orang di sekitar kita yang hidupnya mewah, terkadang malah menyia-nyiakan orang tua mereka yang padahal sejak dulu merawat, membimbing, mengajari mereka. Bahkan terkadang mereka sangat pelit kepada orangtuanya sendiri. Saya menyadari begitu besarnya kasih sayang seorang anak kecil kepada orangtuanya itu tidak dapat dibayarkan oleh apapun. Mungkin itu hanyalah sebagian kecil hal yang dapat dilakukan seorang anak kepada orangtuanya yang mungkin tidak dapat membayar semua yang telah diberikan orangtua kepada kita. Zhang Da, walaupun kesulitan hidup membelenggunya, ia justru menjadi anak yang tangguh dan pantang menyerah. Dia juga berbeda dengan anak-anak zaman sekarang yang kebanyakan semuanya telah disediakan orangtua. Dia bekerja keras demi kesembuhan ayahnya. Zhang Da juga berbeda dengan anak lainnya. Yang paling saya saluti dari anak ini adalah ketulusannya yang mengatakan bahwa ia hanya ingin mamanya kembali padanya. Ia tidak mengharapkan orang-orang membantunya dengan memberikan uang atau apapun.


MENURUT SAYA,

Orangtua adalah prioritas utama seorang anak dalam kehidupannya. Sama
seperti orangtua yang selalu menganggap anak prioritas dalam hidupnya. Apapun
pengorbanan yang kita berikan, mungkin tidak dapat membayar apa yang telah
orangtua kita berikan kepada kita. Sedikit kasih sayang dan perhatian kita,
bisa memberikan sedikit kebahagiaan bagi orangtua kita.